Senin, 07 Maret 2016

SOLUSI NUKLIR

Solusi nuklir

@Yohan Dwi Apriyanto

Antara kontroversi dan manfaat
Intervensi negara-negara barat pada iran terhadap proyek pengayaan Uranium di republik Islam tersebut merupakan terkini yan mengiringi perjalanan sejarah dari teknologi ini. Nuklir sejak diciptakan hingga kini masih menjadi perdebataan serius dan ketakutan tersendiri bagi sebagian orang. Energy yang dihasilkan merupakan keistimewaan tersendiri dengan manfaat dan aplikasi yang beragam.
                Masih teringat tragedi kemanusiaan saat bom nuklir, little boy dan fat man diledakan di Hiroshima-Nagasaki pada Perang Dunia kedua, kehancuran luar biasa terjadi dalam waktu sekejap yang membuat Jepang saat itu menyerah kepada sekutu.
                Sejarah kelam memang tidak bisa dipisahkan dari jalannya perkembangan teknologi nukir. Kasus di Cernobyl, Uni Soviet terjadi karena pembangkit ini dirancang untuk menangani fungsi ganda, menghasilkan senjata nuklir dan listrik. Kejadian tersebut membuat daerah sekitar pembangkit listrik tersebut tidak bisa ditempati sejak 1986 karena pancaran radiasi akan terus ada hingga waktu yang lama.
                Peristiwa diatas adalah awal mula orang mengenal nuklir. Image yang begitu buruk dan lampau menakutkan, tetapi kenyataan tersebut tetap membawa Jepang sebagai Negara pengguna teknologi nuklir untuk listrik (PLTN) ketiga terbesar, setelah Amerika dan Perancis.
                Albert Einstein menggambarkan reaksi nuklir dengan rumus E = MC2, dimana energy yang dilepaskan sama dengan masa atom yang hilang dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya. Bila C (kecepatan cahaya) sama dengan 180.000 km/s kemudian dikuadratkan maka hasilnya tidak terhingga, begitulah energi dari reaksi nuklir digambarkan.
                Aplikasi, selain untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Radiasi nuklir dapat diaplikasikan pada bidang pertanian, industry, lingkungan dan medis. Perkembangannya juga terbilang pesat dan mempunyai manfaat besar, inilah nuklir untk tujuan damai. Sosialisai tentang nuklir pada masyarakat perlu agar memberikan pengertian tentang manfaat dan bahayanya.
                Sayangnya muncul anggapan bahwa nuklir adalah musuh bersama dengan kedahsyatan daya hancur yang ditimbulkan. Sikap paranoid yang membuat teknologi ini belum termanfaatkan maksimal di Indonesia, contohnya belum ada satu pun PLTN yang dioperasikan secara komersial di negeri ini. Fenomena yang muncul entah karena konspirasi atau masih minimnya sumber daya manusia untuk meengelolanya.perlu diketahui 16% listrik dunia dihasilkan dari reaksi fisi atom ini.
                Sosialisasi dirasa sangat diperlukan selain untuk mempersiapkan persepsi masyarakat dan mengenalkan baik buruk dan cara dalam mengelola teknologi nuklir ini. Pro dan kontra akan terus muncul karena masyarakat telah terlanjur beranggapan bahwa nuklir hanya digunakan untuk keperluan militer dan senjata pemusnahan massal.
                “Yang protes itu vokal, yang diamkan jauh lebih banyak. Yang diam bisa juga setuju atau tidak setuju, tetapi kalau kita lihat dari protes itu kan kelompok itu-itu saja dan mereka menggunakan momen-momen tertentu saja. Jadi mereka ada. Tidak dipungkiri, tetapi kita belum melakukan survey, tetapi saya yakin mereka akan semakin naik, fifety-fifety, tujuan kita kedepan adalah lebih banyak yang pro dari pada yang kontra,” ujur Ferhat Aziz, kepala biro kerjasama, hokum dan humas batan pusat.
                Sesuai UU No. 17/2007, pada tahun 2016 akan dioperasikan PLTN pertama di Indonesia, meski saat ini belum ada kepastian tempat pembangunan. Dikutip dari Indonesia.go.id menristek Suharna Surapranta menyatakan pemerintah belum menyetujui pembangunan karena berkaitan dengan keamanan dan skala prioritas pemanfaatan sumber energy, berbeda dengan pernyataan menristek sebelumnya Kusmayanto Kadiman.
                “Saat ini masih melakukan sosialisasi, mengingat pada 2016 Indonesia harus sudah mengoperasikan PLTN secara komersial. Artinya secara politik rencana pembangunan PLTN ini harus disetujui segera. Kami juga sudah menemukan lokasi yang bagus di Jepara”, ujar beliau.
                Meski masih terjadi perdebatan akan kebijakan teknologi ini, nampaknya pemerintah cukup bernafsu merelasasikan pembangkit energy nuklir, dimana sekarang DPR pun sebenarnya telah menyetujui karena dianggap solusikrisis energy yang murah.
                Pengalaman Indonesia dalam pengembngan teknologi nuklir telah dimulai sejak tahun 1986 dan telah mempunyai tiga reaktor di Yogyakarta, Bandung dan Serpong, sehingga secara keseluruhan telah dinyatakan siap oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) untuk mengoperasikan, mengelola dan merawat PLTN.
Resiko
                Kontravensi terkait nuklirmuncul karena resiko yang dapat ditimbulkan, seperti keamanan dan keselamatan terhadap bahaya radiasi nukir. Radiasi merupakan pancaran energy melalui materi dalam bentuk panas, pertikel atau gelombang elektomagnetik seperti cahaya dan foton dari sumber radiasi.
                Sifat radiasi adalah tidak dapat didieteksi oleh pancra indra manusia tetapi dapat dideteksi dan dicacah dengan menggunakan detector, selain itu radiasi juga bisa menembus materi. Dampak dari radiasi sangat berbahaya seperti yang terjadi di Cernobyl, Uni Soviet, ledakan PLTN disana telah mengakibatkan kematian, kanker, leukemia, muatsi gen dan menurunkan kesuburan pria wanita.
                Bahan utama dari nuklir adalah uranium yang harus ditambang, sehingga memiliki potensi merusak terhadap lingkungan baik itu saat penambangan, transportasi, pemurnian, pemrosesan dan pengayaan. Hasil pemisahan biji uranium atau limbahnya juga mengandung bahan berbahaya, beracun dan radiatif. Limbh dari penggunaan nuklir juga akan terus memancarkan radiasi dalam jangka waktu lama, pengolahan dan penyimpana juga memerlukan perlakuan khusus.
                Bila salah dalam pengoperasian reactor, baik karena proses yangkompleks, kesalahan manusia atau bencana alam sehingga dapa mengakibatkan nuclear meltdown dimana terjadi kerusakan pada inti reactor sehingga terjadi panas berlebih dan meleleh. Biala reactor meleleh dapat terjadi pelepasan radiasi besar-besaran, bila hal tersebut sampai terjadi akan menimbulkan konsekunsi yang sangat besar.
                Penggunaan teknologi nuklir juga dikhawatirkan akan memicu dan meningkatnya perlombaan senjata nuklir, seperti terjadi beberapa waktu dulu dimana India, Pakistan dan Korea Utara mengembangkan nuklir yang artinya tidak untuk tujuan damai.
                Manfaat
                Pemanfaatan energi nuklir yang paling signifikan adalah menghasilkan energy listrik (PLTN), farmasi dan pertanian. Khusus untuk PLTN sudah 16 negara memanfaatkannya, dengan USA sebagai pemakai terbanyak.
Perbandingan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk membangkitkan energy listrik sebesar 1000 MW selama satu tahun dibutuhkan 21 Ton Uranium sedangkan bila memakai Gas Alam sebesar 970 kTon, untuk Minyak 1310 kTon dan Batubara 2360 kTon. Emisi Gas CO2 yang dikeluarkan juga paling rendah dengan kisaran 5 gC / kWh dan yang paling tinggi batubara dengan kisaran 310 gC/ kWh.
Bila dilihat dari efisiensi penggunaan, bahan bakar nuklir memang sangat menjanjikan dengan harga murah. “Saya lebih ngerti dan sudah mengalami PLTN di Perancis, listrik di Perancis itu murah , perbandingan harga listrik per kWh kalo dirupiahkan Indonesia dan perancis, itu lebih murah di Perancis. Akhirnya orang menggunakan listrik dengan mudah, akhirnya teknologi bisa berkembang,” ujar Anwar Budianto dosen STTN Batan.
Manfaat lain di dunia medis adalah sterilisasi jaringan biologi menggunakan radiasi sebagai aplikasi dari bank jaringan. Hasil nyata seperti amniotic membrane steril digunakan untuk para penderita luka bakar, luka terbuka, lepra, dan graft tulang guna perbaikan pada kerusakan tulang dan gigi. Pada bidang maufaktur dan industry manfaat yang telah diaplikasikan seperti rekayasa nitridasi ion pada permukaan logam. Kemudian permuliaan tanaman untuk meningkatkan produktifitas dan menciptakan varietas-varietas unggul tanaman pangan, contohnya seperti bibit padi jenis Mayang dan Mira-1.

Terlepas dari segala manfaat dan resikonya, teknologi nuklir adalah salah satu alternative dan suatu trobosan. Pengawasan dari berbagai pihak dan elemen masyarakat diperlukan, selain itu sosialisasi agar dapat mengetahui bahaya dan cara mengelolanya. Nuklir merupakan bahan material yang membutuhkan perhatian khusus, pengembangan, dan inovasi untuk membuat teknologi ini lebih aman.